SETRA BADUNG SEBAGAI BENTENG TERAKHIR RUANG TERBUKA HIJAU KOTA DI DENPASAR

Ayu Putu Utari Parthami Lestari

Abstract


Diakui bahwa sebagai ibukota dari provinsi yang menjadi daerah tujuan utama di Indonesia, memenuhi amanat dari UU No. 26 tahun 2007 tentang RTH (Ruang Terbuka Hijau), yaitu sebesar 30% untuk ruang terbuka hijau kota, bukanlah prioritas pemerintah kota Denpasar. Ketersediaan ruang terbuka publik (tanpa “hijau”) kota saja sebenarnya juga sudah tergantikan dengan pusat-pusat tujuan wisata yang tersebar di seluruh penjuru kota. Namun kebutuhan akan ruang terbuka “hijau” kota yang berkualitas agaknya belum terpenuhi secara maksimal. Keterlambatan pemerintah untuk melihat pentingnya ruang terbuka hijau kota diakhiri dengan kesulitan untuk pembebasan lahan, sehingga baru beberapa tahun terakhir, pemerintah kota Denpasar mencoba sedikit kreatif. Membangun ruang-ruang kota yang tersisa untuk menjadi ruang terbuka hijau. Untuk menjadi lebih kreatif lagi, pemerintah kota Denpasar sebenarnya memiliki solusi atas keterbatasan lahan, yaitu mengoptimalkan perkuburan kota. Di kota-kota lain di Indonesia seperti di Jakarta, kedinasan pemakaman dan pertamanan adalah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam bidang pemerintahan kota. Namun di tengah adat dan kebiasaan masyarakat tradisional di Bali, pekuburan masih dianggap sebagai hal sakral yang sebaiknya tidak dicampur dengan kegiatan profan seperti fungsi ruang terbuka hijau. Penelitian akan dilakukan dengan metode kualiatif dengan beberapa literatur sebagai pegangannya, dilengkapi dengan studi lapangan. Satu-satunya hambatan dalam mengimplentasian ide ini adalah bahwa pekuburan sudah didesign untuk menjadi menyeramkan, sedangkan fungsi barunya sebagai ruang terbuka hijau kota mengharuskan perancangan ruang yang menyenangkan. Sehingga diambil jalan tengah untuk hanya memanfaatkan sebagian kecil saja dari fungsi setra sebagai ruang terbuka hijau yang bisa dikunjungi tanpa merasa takut dengan tanpa menghilangkan fungsi-fungsi awal dan ke adatan dari setra bagi desa adat. Sedangkan setra yang dimanfaatkan sebagai studi banding adalah Setra Badung di Denpasar. Paper ini bertujuan untuk membuka kesadaran akan banyaknya ruang-ruang kosong yang bisa dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan orang banyak.
Kata Kunci : ruang terbuka hijau; setra; Denpasar; sakral


Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2017 Vitruvian



Layout Jurnal Vitruvian: Download

Declaration & CTA Form Vitruvian: Download

(WAJIB DI UPLOAD SEBAGAI SUPLEMENTARY SAAT SUBMIT ARTIKEL)

Vitruvian
Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana
Jl. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta 11650
Tlp./Fax : +62215871335
Surel : [email protected]
p-ISSN : 2088-8201
e-ISSN : 2598-2982
Website : http://publikasi.mercubuana.ac.id/index.php/virtuvian
DOI : 10.22441/vitruvian

Vitruvian is indexed by the following abstracting and indexing services:

 

 

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.

 

Web
Analytics Made Easy - StatCounter
View My Stats