KONSTRUKSI IDENTITAS ORANG KATOBENGKE (Kontruksi Realitas Sosial dan Komunikasi Menuju Kemapanan Politik)

Darmawan Abdullah, Nur Kholisoh

Abstract


Artikel ini merupakan hasil penelitian kami tentang Konstruksi Realitas Sosial Orang Katobengke sebagai Sub Etnis Buton yang bermukim diwilayah Kelurahan Katobengke, Lipu, Sulaa dan Waborobo, Kecamatan Betoambari, Kota Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara. Sebagai kelompok termajirnalkan dalam interaksi dengan kelompok-kelompok masyarakat buton, Orang Katobengke disematkan Stereotip dan prasangka oleh kelompok lain sebagai kelompok bodoh, kotor, kuat makan, bahkan Budak (papara) sebagai beban sejarah. Hal tersebut didukung oleh situasi dan kondisi sosial Orang Katobengke dalam kesehariannya yang memiliki ciri-ciri tertentu seperti, ciri fisik, cara berpakaian, bahasa, pekerjaan, yang membedakan kelompok mereka dengan kelompok lain dalam lapis-lapis sosial masyarakat Buton. Sebagai kelompok yang termarginalkan, Orang Katobengke membangun kesadaran berpikirnya (conciousness mind), melakukan perlawanan atas stereotip dan prasangka tersebut dimulai dengan melahirkan kesadaran identitas dalam upaya melepaskan diri dari keterisolasian di berbagai sendi kehidupan serta membangun negosiasi pada berbagai panggung-panggung politik dalam tingkat lokal baik pemilihan anggota legsilaltif maupun pemilihan Kepala Daerah di Kota Baubau.

 

Temuan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 1). Orang Katobengke memahami stratifikasi sosial masyarakat Buton terdiri atas tiga kelompok yakni kaomu, walaka, dan papara yang menjadi dasar tindakan dalam memahami dunia sosial sebagai status sosial masyarakat Buton sebagai realitas Objektif sekaligus menjadi realitas Subjektif. 2). Stereotipe dan prasangka yang lekatkan pada orang Katobengke sebagai kelompok sosial lapisan bawah, masih tetap direproduksi sebagai  strategi  kelompok-kelompok tertentu dalam upaya menutup peluang orang Katobengke di pangung-panggung politik lokal. 3). dalam proses internalisasi dan objektifikasi melahirkan kesadaran identitas Orang Katobengke sebagai kelompok yang didominasi dan disematkan citra negatif, maka  orang  Katobengke  melakukan  perlawanan (resistensi) sebagai bentuk penolakan terhadap sematan citra negatif atas kelompoknya dalam bentuk Wacana “Saliwu Bersatu”, namun pada realitas internal masyarakat Katobengke belum melahirkan sebuah kekuatan politik dikarenakan belum ada aktor-aktor yang mampu menyatukan hal tersebut. Parabela sebagai pranata adat hanya berfungsi lembaga sosial yang bersifat non politis. 4) Orang Katobengke sebagai sebuah realitas subjektif dalam moment eksternalisasi, melakukan resistensi lewat jalur pendidikan dan jalur  politik, sehingga kini Orang katobengke dalam setiap kontestasi politik menjadi diperhitungkan dan melahirkan ruang negosiasi baru bagi status orang Katobengke dalam struktur masyarakat Buton.

 


Keywords


Konstruksi Realitas Sosial, Stereotipe, Prasangka, Resistence

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


MEDIAKOM Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi
Magister Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana
Jl. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta 11650
Tlp./Fax: +62215871335
p-ISSN: 1979-0139
e-ISSN: 2597-4793
http://publikasi.mercubuana.ac.id/index.php/mediakom



Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.

View My Stats

 

The Journal is Indexed and Journal List Title by: