TRANSFORMASI IDENTITAS PERUSAHAAN NEGARA: STUDI KASUS PLN
Abstract
Perusahaan Listrik Negara Republik Indonesia atau yang biasa dikenal sebagai PT. PLN (Persero) hadir sebagai satu-satunya perusahaan yang memberikan jasa pengadaan listrik bagi seluruh rakyat Indonesia yang berada dalam 35 propinsi yang tersebar di bumi Indonesia. Sepak terjang dari PT. PLN masih jauh dari harapan yang dinginkan oleh konsumen yaitu masyarakat Indonesia pada umumnya.
Di beberapa daerah ditanah air masih sering terjadi adanya pemadaman bergilir ataupun juga belum tersedianya listrik dibeberapa daerah pelosok tanah air. Merunut usia yang telah berumur lebih dari 50 tahun, berikut beberapa rekam histori yang kami ambil dari beberapa media online
Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) mengeluhkan lamanya proses pengadaan pada proyek kelistrikan yang dilakukan PT PLN (Persero). Lamanya proses dikhawatirkan bisa membuat program kelistrikan 35 ribu Mega Watt (MW) molor. Penasihat APLSI Heru Dewanto mengatakan, saat ini sebanyak 17.400 Mega Watt (MW) yang sudah melalui penandatanganan perjanjian penjualan listrik (Power Purchase Agreement/PPA). Namun dari total tersebut, sebesar 10 ribu MW tahap pertama hingga kini belum melalui tahap financial closing untuk bisa memulaikonstruksi. "Dari 17.400 itu carry over sebelumnya 10 ribu baru PPA," kata Heru di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (25/7/2016). Heru menuturkan, pada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas terbesar 1.000 Mw membutuhkan waktu 4,5 tahun. Bila dihitung mundur, dengan masa pembangunan baru berlangsung pada tahun ini maka pembangkit tersebut baru bisa rampung pada 2020 atau meleset dari target waktu program 35 ribu MW.
Di beberapa daerah ditanah air masih sering terjadi adanya pemadaman bergilir ataupun juga belum tersedianya listrik dibeberapa daerah pelosok tanah air. Merunut usia yang telah berumur lebih dari 50 tahun, berikut beberapa rekam histori yang kami ambil dari beberapa media online
Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) mengeluhkan lamanya proses pengadaan pada proyek kelistrikan yang dilakukan PT PLN (Persero). Lamanya proses dikhawatirkan bisa membuat program kelistrikan 35 ribu Mega Watt (MW) molor. Penasihat APLSI Heru Dewanto mengatakan, saat ini sebanyak 17.400 Mega Watt (MW) yang sudah melalui penandatanganan perjanjian penjualan listrik (Power Purchase Agreement/PPA). Namun dari total tersebut, sebesar 10 ribu MW tahap pertama hingga kini belum melalui tahap financial closing untuk bisa memulaikonstruksi. "Dari 17.400 itu carry over sebelumnya 10 ribu baru PPA," kata Heru di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (25/7/2016). Heru menuturkan, pada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas terbesar 1.000 Mw membutuhkan waktu 4,5 tahun. Bila dihitung mundur, dengan masa pembangunan baru berlangsung pada tahun ini maka pembangkit tersebut baru bisa rampung pada 2020 atau meleset dari target waktu program 35 ribu MW.
Full Text:
PDFDOI: http://dx.doi.org/10.22441/mediakom.v9i1.5302
Refbacks
- There are currently no refbacks.
MEDIAKOM Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi
Magister Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana
Jl. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta 11650
Tlp./Fax: +62215871335
p-ISSN: 1979-0139
e-ISSN: 2597-4793
http://publikasi.mercubuana.ac.id/index.php/mediakom
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
The Journal is Indexed and Journal List Title by: