Komunikasi Fashion dalam Kebaya Encim dan Batik Peranakan Tionghoa: Sosialisasi dan Diferensiasi

Erica Rachel Budianto, Berti Alia Bahaduri, Sandy Rismantojo

Abstract


ABSTRAK

 

Fashion, busana dan budaya merupakan fenomena komunikasi dan kultural, dimana komunikasi melalui fashion memiliki fungsi sosialisasi sekaligus diferensiasi. Dalam ranah fashion dan busana, pembentukan kelompok-kelompok sosial dan identitas-identitas individu dibangun melalui proses komunikasi yang kontinu. Fenomena ini tampak dalam perkembangan kebaya encim dan batik Peranakan Tionghoa di Pulau Jawa pada abad ke-19. Kebaya encim merupakan kebaya yang dikenakan oleh wanita keturunan Tionghoa, karena itu memiliki paduan karakteristik visual yang sarat kebudayaan Tiongkok. Wanita Peranakan Tionghoa biasa mengenakan kebaya sebagai atasan, serta dipadu padankan dengan batik Peranakan Tionghoa sebagai bawahan. Pada mulanya, kebaya encim dan batik Peranakan Tionghoa mengikuti karakteristik kebaya dan batik yang dikenakan wanita keturunan Belanda. Hal itu dilakukan untuk mencapai kesetaraan privilise antara kaum keturunan Belanda dan Peranakan Tionghoa.

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan peran komunikasi fashion dalam perkembangan kebaya encim dan batik Peranakan Tionghoa pada abad ke-19 di Pulau Jawa. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi fashion dari Barnard serta teori mimikri dan hibriditas dari Lukman. Hasil dari penelitian ini adalah adanya relasi antara fungsi sosialisasi dan diferensiasi dengan fenomena mimikri dan hibriditas melalui komunikasi fashion pada kebaya encim dan batik Peranakan Tionghoa. Sosialisasi tampak dari adanya proses mimikri terhadap kebaya dan sarung batik Belanda guna mencapai kesetaraan kedudukan sosial. Namun, fungsi sosialisasi tersebut tidak terlepas dari fungsi diferensiasi, karena kaum Peranakan Tionghoa melakukan penyesuaian tersendiri terhadap karakteristik kebaya dan batik yang digunakan agar lebih sesuai dengan kultur mereka.


Kata Kunci: batik, kebaya encim, komunikasi fashion, Peranakan Tionghoa


Keywords


batik; kebaya encim; komunikasi fashion; Peranakan Tionghoa

References


Barnard, M. (2016). Fashion Sebagai Komunikasi: Cara Mengomunkasikan Identitas Sosial, Seksual, Kelas dan Gender. Yogyakarta: Jalasutra.

Bhabha, H. (2004). Location of Culture. London: Routledge.

Budianto, E.R. (2019). Identitas Elemen Estetik Batik Peranakan Tionghoa 'Oey Soe Tjoen' Generasi Pertama. Tesis Program Magister Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Calosa, M. (2014). Teknik Mendesain Kebaya Sendiri. Jakarta: Prima.

Chavalit, K.M, Phromsuthirak, M. (2000). Costumes in ASEAN. Bangkok: ASEAN Committee on Culture and Information of Thailand.

Forshee, J. (2006). Culture and Customs of Indonesia. London: Greenwood Publishing Group.

Gillow, J. (1992). Traditional Indonesian Textilles. London: Thames and Hudson Ltd.

Knapp, R.G. (2012). The Peranakan Chinese Home: Arts and Culture in Daily Life. Singapura: Tuttle Publishing.

Knight-Achjadi, J., Damais, A. (2006). Butterflies and Phoenixes: Chinese Inspirations in Indonesian Textile Arts. Singapura: Marshall Cavendish Editions.

Lee, P. (2014). Sarong Kebaya: Peranakan Fashion in an Interconnected World 1500-1950. Singapura: Asian Civilizations Museum.

Lee, T. (2016). Defining the Aesthetics of the Nyonyas’ Batik Sarongs in the Straits Settlements, Late Nineteenth to Early Twentieth Century. Asian Studies Review, 40(2), 173–191.

DOI:https://doi.org/10.1080/10357823.2016.1162137.

Lukman, C.C., Piliang, Y.A., Sunarto, P. (2013). Kebaya Encim as the Phenomenon of Mimicry in East Indies Dutch Colonial's Culture. Art and Design Studies, 13, 15-22.

Mahmood, D.S.E. (2012). The Nyonya Kebaya: A Century of Straits Chinese Costume. Singapore: Tuttle Publishing.

Moleong, L.J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Neo, C.O.K. (2011). Kebaya Nyonya. Singapura: Forst Printers Pte Ltd.

Roojen, P.V. (2001). Batik Design. Amsterdam: Pepin Press.

Setiawan, F. (2011). 50 Galeri Kebaya Eksotik nan Cantik. Jakarta: Penebar Plus.

Simmel, G. (1997). The Philosophy of Fashion. Chicago: University of Chicago Press.

Sumarsono, H., Ishwara, H., Yahya, L.R.S., dan Moeis, X. (2018). Batik Pesisir Pusaka Indonesia: Koleksi Hartono Sumarsono. Jakarta: Lintas Persada Anugerah.

Suryadinata, L. (1984). Dilema Minoritas Tionghoa. Jakarta: PT Grafiti Pers.

Tan, C.B. (1988). Structure and Change: Cultural Identity of the Baba of Melaka, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde (Journal of the Humanitites and Social Sciences of Southeast Asia), 144(2),297-314.

DOI:https://doi.org/10.1163/22134379-90003298.

Veldhuisen, H.C. (2007). Batik Belanda 1840-1940: Pengaruh Belanda pada Batik dari Jawa, Sejarah dan Kisah-kisah di Sekitarnya. Jakarta: PT Gaya Favorit Press.

Wang, Y. (2023). Fashion: An essential factor influencing the development of 19th to 20th centuries Peranakan decorative motifs, Cogent Arts & Humanities, 10(1), 2198321.

Yarwood, D. (1978). Illustrated Encyclopedia of World Costume. New York: Dover Publications Inc.

Zwain, A., Bahauddin, A. (2021). Malacca’s “Straits Chinese traditional courtyard eclectic style shophouses”: facades’architectural design elements through place identity. Journal of Cultural Heritage Management and Sustainable Development, ISSN 2044-1266.

DOI:https://doi.org/10.1108/JCHMSD-02-2021-0014




DOI: http://dx.doi.org/10.22441/narada.2023/v10.i3.002

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


NARADA: Jurnal Desain & Seni

Fakultas Desain dan Seni Kreatif
Universitas Mercu Buana
Gedung E Lantai 4
Jl. Raya Meruya Selatan no.1, Kembangan, Jakarta 11650
Tlp./Fax: +62215871335

Journal International Standard Serial Number (ISSN) Registration:

 

The Journal is indexed by:

Tools for Citations & Plagiarism Detection:

 
 

Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-NonKomersial 4.0 Internasional